Puji
Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Pentingnya Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
“ sebagai tugas yang diberikan oleh dosen pengasuh.
Dalam
pembuatan makalah ini, penulis juga mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu selama proses
penyusunan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun
cara penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan
saran yang konstruktif dari berbagai pihak guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
halaman
BAB I
Pendidikan merupakan suatu system yang teratur
dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dg
perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial
sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa
sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban
yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau
dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh
terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku, khususnya
terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri. Dalam kaitaannya dengan pendidikan karakter,
bangsa Indonesia sangat memerlukan SDM (sumber daya manusia) yang besar dan
bermutu untuk mendukung terlaksananya program pembangunan dengan baik.
Disinilah dibutuhkan pendidikan yang berkualitas, yang dapat mendukung
tercapainya cita-cita bangsa dalam memiliki sumber daya yang bermutu, dan dalam
membahas tentang SDM yang berkualitas serta hubungannya dengan
pendidikan, maka yang dinilai pertama kali adalah seberapa tinggi nilai yang
sering diperolehnya, dengan kata lain kualitas diukur dengan angka-angka,
sehingga tidak mengherankan apabila dalam rangka mengejar target yang
ditetapkan sebuah lembaga pendidikan terkadang melakukan kecurangan dan
manipulasi.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional,
jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama
(SMP) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut.
Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu
bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan,
kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan
sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia
bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill
daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan
karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah
pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan
yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak (kognitif, fisik,
sosial-emosi, kreativitas, dan spiritual). Pendidikan dengan model pendidikan
seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai manusia yang utuh.
Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya dalam aspek kognitif, namun juga
dalam karakternya. Anak yang unggul dalam karakter akan mampu menghadapi segala
persoalan dan tantangan dalam hidupnya. Ia juga akan menjadi seseorang
yang lifelong learner. Pada saat menentukan metode pembelajaran yang utama
adalah menetukan kemampuan apa yang akan diubah dari anak setelah menjalani
pembelajaran tersebut dari sisi karakterya. Apabila kita ingin mewujudkan
karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah menjadikan kewajiban
bagi kita untuk membentuk pendidik sukses dalam pendidikan dan pengajarannya.
Dengan latar belakang diatas penulis
merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian Pendidikan karakter?
2.
Apa fungsi dan tujuan Pendidikan
Karakter?
3.
Apa Ciri-ciri dan Prinsip Pendidikan
Karakter?
4.
Apa saja komponen yang Mendukung
dalam Pendidikan Karakter?
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan makalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui apa pengertian
Pendidikan karakter
2.
Untuk mengetahui apa Fungsi dan
tujuan Pendidikan Karakter
3.
Untuk mengetahui apa Ciri-ciri dan
Prinsip Pendidikan Karakter
4.
Untuk mengetahui apa saja komponen
yang Mendukung dalam Pendidikan Karakter
Karakter menurut Pusat Bahasa
Depdiknas adalah, bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat tabiat, temperamen dan watak, sementara itu, yang disebut
dengan berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan
berwatak sedangkan pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai
usaha manusia untuk membina, kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan.
Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat. Dalam perkembangannya , istilah pendidikan
atau paedagogie, berarti bimbingan atau pertolongan dengan sengaja oleh orang
dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha
yang dijalankan seseorang atau kelompok lain agar menjadi dewasa
untuk mencapai tingkat hidup atau penghidupam lebih tinggi
dalam arti mental.
Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau
paedagogie, berarti bimbingan atau pertolongan dengan sengaja oleh orang dewasa
agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang
dijalankan seseorang atau kelompok lain agar menjadi dewasa untuk
mencapai tingkat hidup atau penghidupam lebih tinggi dalam arti mental.
Sedangkan karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas, adalah bawaan, hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat,
temperamen dan watak, sementara itu, yang disebut dengan berkarakter ialah
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak.
Pendidikan karakter menurut Thomas
Lickona (1991) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui
pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seserorang
yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang
lain, kerja keras, dan sebagainya.
Para pakar pendidikan pada umumnya
sependapat tenting pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur
pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat diantara
mereka tentang pendekatan dari modus pendidikannya. Berhubungan dengan
pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan
moral yang dikembangkan di Negara-negara barat, seperti : pendekatan
perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan
klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan
tradisional, yaitu melalui penanaman nilai-nilai social tertentu.
Berdasarkan grand desain yang
dikembangkan kemendiknas, secara psikologis social cultural pembentukan
karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu
manusia (kognitif, afektif, konatif dan psikomotorik) dari konteks interaksi
social cultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung
sepanjang hayat.
Konfigurasi karakter dalam kontek
totalitas proses psikologis dan social cultural tersebut dapat
dikelompokan dalam: olah hati, olah piker, olah raga dan kinestetik, serta olah
rasa dan karsa, keempat hal tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, bahkan
saling melengkapi dan saling keterkaitan.
Pengkategorikan nilai didasarkan
pada pertimbangan bahwa pada hakikatnya perilaku seseorang yang berkarakter
merupakan perwujudan fungsi toalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi
individu manusia (kognitif, afekti dan psikomotorik) dan fungsi totalitas
social-kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan
masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
Jadi, Pendidikan karakter adalah sebuah
system yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang
mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, srta adanya kemauan
dan tindakan untuk melaksanakan nlai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
diri sendiri, sesama manusia, linkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud
insane kamil.
Tugas pendidik di semua jenjang
pendidikan tidak terbatas pada pemenuhan otak anak dengan berbagai ilmu
pengetahuan. Pendidik selayaknya mengajarkan pendidikan menyeluruh yang
memasukkan beberapa aspek akidah dan tata moral. Oleh karenanya, pendidik
harus mampu menjadikan perkataan dan tingkah laku anak didiknya di kelas
menjadi baik yang pada akhirnya nanti akan tertanam pendidikan karakter yang
baik dikelak kemudian hari.
Dengan demikian, pendidikan yang
sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan
pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan
seluruh dimensi anak (kognitif, fisik, sosial-emosi, kreativitas, dan
spiritual). Pendidikan dengan model pendidikan seperti ini berorientasi pada
pembentukan anak sebagai manusia yang utuh. Kualitas anak didik menjadi unggul
tidak hanya dalam aspek kognitif, namun juga dalam karakternya. Anak yang
unggul dalam karakter akan mampu menghadapi segala persoalan dan tantangan
dalam hidupnya. Ia juga akan menjadi seseorang yang lifelong learner.
Pada saat menentukan metode pembelajaran yang utama adalah menetukan kemampuan
apa yang akan diubah dari anak setelah menjalani pembelajaran tersebut dari
sisi karakterya. Apabila kita ingin mewujudkan karakter tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, maka sudah menjadikan kewajiban bagi kita untuk
membentuk pendidik sukses dalam pendidikan dan pengajarannya
Dalam TAP MPR No. II/MPR/1993, disebutkan bahwa
pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian mandiri, maju, tanggunh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin,
beretos kerja profesional, serta sehat jasmani rohani.
Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal
upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang
mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa
memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal tersebut baru disadari ketika
terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali
juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak,
kini upaya tersebut mulai dirintis melalui Pendidikan Karakter bangsa.
Dalam pemberian Pendidikan Karakter bangsa di sekolah,
para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang berkembang.
Pertama, bahwa Pendidikan Karakter bangsa diberikan berdiri sendiri sebagai
suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, Pendidikan Karakter bangsa diberikan
secara terintegrasi dalam mata pelajaran PKN, pendidikan agama, dan mata
pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, Pendidikan Karakter bangsa
terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter
diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari. Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga
sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas,
karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Pendidikan karakter bertujuan sebagai berikut;
a.
Versi Pemerintah
Pendidikan memiliki tujuan yang
sangat mulia bagi kehidupan manusia. Dan berkaitan dengan pentingnya
diselenggarakan pendidikan karakter disemua lembaga formal. Menrut Presiden
republic Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, sedikitnya ada lima dasar
yang menjadi tujuan dari perlunya menyelenggarakan pendidikan karakter. Kelima
tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
Ø
Membentuk Manusia Indonesia yang
Bermoral
Ø
Membentuk Manusia Indonesi yang
Cerdas dan Rasional
Ø
Membentuk Manusia Indonesia yang
Inovatif dan Suka Bekerja Keras
Ø
Membentuk Manusia Indonesia yang
optimis dan Percaya Diri
Ø
Membentuk Manusia Indonesia yang
Berjiwa Patriot
Maka, disinilah pentingnya
pendidikan karakter supaya peserta didik benar-benar menyadari bahwa ilmu yang diperoleh
harus dimanfaatkan untuk kepentingan banyak orang
b.
Versi Pengamat
Berikut ini ada pendapat beberapa
ahli mengenai tujuan pendidikan Karakter;
·
Sahrudin dan
Sri Iriani berpendapat bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk masyarakat
yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergorong
royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, serta berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada
Tuhan yang Maha Esa sekaligus berdasarkan Pancasila Menurut Sahrudin,
pendidikan karakter memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
Ø
Mengembangkan potensi dasar peserta
didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik.
Ø
Memperkuat dan membangun perilaku
masyarakat yang multikultur.
Ø
Meningkatkan peradaban bangsa yang
kompetitif
Fungsi dan tujuan pendidikan
karakter itu sendiri itu dicapai apabila pendidikan karakter dilakukan secara
benar dan menggunakan media yang tepat.
Tugas pendidik di semua jenjang pendidikan
tidak terbatas pada pemenuhan otak anak dengan berbagai ilmu pengetahuan.
Pendidik selayaknya mengajarkan pendidikan menyeluruh yang memasukkan beberapa
aspek akidah dan tata moral. Oleh karenanya, pendidik harus mampu
menjadikan perkataan dan tingkah laku anak didiknya di kelas menjadi baik yang
pada akhirnya nanti akan tertanam pendidikan karakter yang baik dikelak
kemudian hari.
Karakter yang berkualitas perlu
dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi
pembentukkan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan
penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang
bermasalah di masa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral kepada anak
adalah usaha yang strategis
Pada saat menentukan metode
pembelajaran yang utama adalah menetukan kemampuan apa yang akan diubah dari
anak setelah menjalani pembelajaran tersebut dari sisi karakterya. Apabila kita
ingin mewujudkan karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah menjadikan
kewajiban bagi kita untuk membentuk pendidik sukses dalam pendidikan dan
pengajarannya.
Forester menyebutkan paling
tidak ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter;
Ø
Keteraturan interior dimana
setiap tindakan diukur berdasarkan herarki nilai. Maka nilai menjadi
pedoman yang bersifat normative dalam setiap tindakan
Ø
Koherensi yang member keberanian
membuat seseorang teguh ada prinsip, dan tidak mudah terombang ambing pada
situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa
percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi dapat meruntuhkan kredibilitas
seseorang.
Ø
Otonomi. Disana seseorang
menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi.
Ini dapat dilihat dari penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh
desakan pihak lain.
Ø
Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan
merupakan daya tahan seseorang guna menginginkan apapun yang di pandang baik.
Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Lebih lanjut
Madjid menyebutkan bahwa kematangan keempat karakter
tersebut diatas, memungkinkan seseorang melewati tahap individualitas menuju
profesionalitas. Orang-orang modern sering mencampur adukan antara
individualitas menuju personalitas, antara aku alami dan aku rohani,
antara indepedensi eksterior dan interior. Karakter inilah yang menentukan
performa seseorang dalam segala tindakannya.
· Prinsip-prinsip
Pendidikan Karakter
Pendidikan di sekolah akan berjalan
lancar, jika dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan
karakter. Kemendiknas memberikan beberapa rekomendasi prinsip untuk mewujudkan
pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut;
Ø Memperomosikan
nila-nilai dasar etika sebagai basis karakter
Ø Mengidentifikasikan
karakter secara komperehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku
Ø Menggunakan
pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk mebangun karakter.
Ø Menciptakan
komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
Ø Memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menunjukan perilaku yang baik;
Ø Memiliki
cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka
untuk sukses.
Ø Mengusahakan
tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.
Ø Memfungsikan
seluruh staf seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung
jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.
Ø Adanya
pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
Ø Memfungsikan
keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun
karakter.
Ø Mengevaluasi
karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan
manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.
Ø Berdasarkan
pada prinsip-prinsip yang direkomendasikan olah kemendiknas, dasyim budimasyah
berpendapat bahwa program pendidikan karakter disekolah perlu
dikembangkan dengang berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut;
Ø Pendidikan
karakter disekolah harus dilaksanakan secara berkelanjutan (kontinuitas). Hal
ini mengandung arti bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan
proses yang panjang, mulai sejak awal peserta didik masuk sekolah hingga mereka
lulus sekolah pada suatu satuan pendidikan.
Ø Pendidikan
karakter hendaknya dikembangkan melalui semua mata pelajaran terintegrasi,
melalui pengembangan diri, dan budaya suatu satuan pendidikan. Pembinaan
karakter bangsa dilakukan dengan mengintegrasikan dalam seluruh mata
pelajaran, dalam kegiatan kurikuler pelajaran, sehingga semua mata pelajaran
diarahkan pada pengembangan nilai-nilai karakter tersebut. Pengembangan
nilai-nilai karakter uga dapat dilakukan dengan melalui pengembangan diri, baik
melalui konseling maupun kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan kepramukaan
dan lain sebagainya.
Ø Sejatinya
nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika hal
tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran, kecuali bila dalam bentuk mata
pelajaran agama yang (yang di dalamnya mengandung ajaran) maka tetap diajarkan
dengan proses, pengetahuan (knowing), melakukan (doing), dan
akhirnya membiasakan (habit).
Ø Proses
pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif (active learning)
dan menyenangkan (enjoy full learning). Proses ini menunjukkan bahwa
proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru.
Sedangkan guru menerapkan “tutwuri handayani “ dalam setiap perilaku yang
ditunjukan agama.
Sebagaimana halnya dunia pendidikan
pada umumnya, pendidikan yang mensyaratkan keterlibatan banyak pihak di
dalamnya. Kita tidak bisa menyerahkan tugas pengajaran, terutama dalam rangka
mengembangkan karakter peserta didik, hanya semata-mata kepada guru.
Sebab, setiap peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda, yang ikut
menentukan kepribadian dan karakternya. Oleh karena itu, guru, orang tua maupun
masyarakat seharusnya memiliki keterlibatan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Selain itu ada beberapa komponen
yang perlu diperhatikan dalam rangka menjalankan pendidikan karakter
diantaranya sebagai berikut;
a.
Partisipasi Masyarakat
Dalam hal ini, masyarakat meliputi
tenaga pendidik, orangtua, anggota masyarakat, dan peserta didik itu sendiri,
semua komponen itu hendaknya dapat bekerja sama dan membantu memberikan
masukan, terutama mengenai langkah-langkah penanaman karakter bagi peserta
didik.
Oleh sebab itu, setiap sekolah yang
akan menerapkan pendidikan karakter bagi peserta didiknya harus memiliki badan
khusus yang dibentuk sebagai sarana komunikasi antara peserta didik, tenaga
pendidik, orangtua dan masyarakat. Badan ini bertugas membicarakan konsep dan
nilai-nilai yang diperlukan untuk mendidik karakter peserta didik.
b.
Kebijakan Pendidikan
Meskipun pendidikan karakter lebih
mengedepankan aspek moral dan tingkah laku, namun bukan berarti sama
sekali tidak menetapkan kebijakan-kebijakan. Sebagaimana dalam dunia formal
pada umunnya. Sekolah tetap menetapkan landasan filosofi yang tepat dalam membuat
pendidikan karakter, serta menentukkan dan menetapkan tujuan, visi dan misi,
maupun beberapa kebijakan lainnya, hal ini bisa dilakukan dengan mengadopsi
kebijakan pendidikan formal atau kebijakan baru.
c.
Kesepakatan
Betapapun pentingnya dan mendesaknya
lembaga pendidikan menerapkan pendidikan karakter sebagai tambahan kurikulum di
dalamnya, namun bukan berarti itu ditetapkan secara sepihak. Sekolah harus
mengadakan pertemuan dengan orang tua peserta didik terlebih dahulu dengan
melibatkan tenaga guru dan perwakilan masyarakat guna mencari
kesepakatan-kesepakatan di antara mereka. Pertemuan itu bertujuan memperoleh
kesepakatan definisi pendidikan karakter, fungsi dan manfaatnya, serta cara
mewujudkannya.
d.
Kurikulum Terpadu
Agar tujuan penerapan karakter dapat
berjalan secara maksimal, sekolah perlu membuat kurikulum terpadu di
semua tingkatan kelas. Sebab, setiap peserta didik memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan materi mengenai pengembangan karakter. Oleh karena itu, meskipun
pendidikan karakter perlu diperkenalkan sejak dini, namun bukan berarti tidak
berlaku bagi peserta didik yang sudah dewasa. Dan, salah satu cara penerapannya
adalah pemberlakuan kurikulum terpadu dengan semua mata pelajaran.
e.
Pengalaman Pembelajaran
Pendidikan karakter sebenarnya lebih
menitik beratkan pada pengalaman daripada sekedar pemahaman. Oleh karena itu,
melibatkan peserta didik dalam berbagai aktivitas positif dapat membantunya
mengenal dan mempelajari kenyataan yang dihadapi
Pelayanan yang baik oleh seorang
guru berupa kerja sama, pendampingan, dan pengarahan optimal, yang merupakan
komponen yang perlu diberlakukan secara nyata. Sebab, hal itu akan memberikan
kesan positif bagi peserta didik dan mempengaruhi cara berpikirnya sekaligus
karakternya
f.
Evaluasi
Guru perlu melakukan evaluasi sejauh
mana keberhasilan pendidikan karakter yang sudah diterapkan .evaluasi dilakukan
tidak dalam ragka mendapatkan nilai, melainkan mengetahui sejauh mana peserta
didik mengalami perilaku di bandingkan sebelumnya.
Dalam hal ini, guru harus
mengapresiasi setiap aktivitas kebaikan yang dilakukan peserta didik,
kemudian memberinya penjelasan mengenai akibat aktivitas tersebut dalam
pengembangan karakternya.
g.
Bantuan Orang Tua
Untuk
mendukung keberhasilan, pihak sekolah hendaknya meminta orangtua peserta didik
untuk ikut terlibat memberikan pengajaran karakter ketika peserta didik berada
di rumah. Bahkan, sekolah perlu memberikan gambaran umum tentang
prinsip-prinsip yang diterapkan disekolah dan dirumah, seperti aspek kejujuran,
dan lain sebagainya.
Tanpa
melibatkan peran orangtua di rumah, berarti sekolah akan tetap kesulitan
menerapkan pendidikan karakter terhadap peserta didik. Sebab, interaksinya
justru lebih banyak di habiskan dirumah bersama keluarga.
h.
Pengembangan Staf
Perlu disediakan waktu pelatihan dan
pengembangan bagi para staf di sekolah sehingga mereka dapat membuat dan
melaksanakan pendidikan karakter secara berkelanjutan. Hal itu termasuk waktu
untuk diskusi dan pemahaman dari proses dan program, serta demi menciptakan
pelajaran dan kurikulum selanjutnya. Perlu di ingat bahwa semua pihak disekolah
merupakan sarana yng perlu dimanfaatkan untuk membantu menjalankan pendidikan
karakter
i.
Program
Program kependidikan karakter harus
dipertahankan dan diperbaharui melalui pelaksanaan dengan perhatian khusus pada
tingkat komitmen yang tinggi dari atas, dana yang memadai, dukungan untuk
koordinasi distrik staf yang berkualitas tinggi, pengembangan profesional
berkelanjutan dan jaringan, serta dukungan system bagi guru yang melaksanakan
program tersebut
Pendidikan karakter adalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate
use of all dimensions of school life to foster optimal character development”.
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja
seluruh warga sekolah/lingkungan.
Di samping itu, pendidikan karakter
dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan
pendidikan harus berkarakter. Pendidikan karakter adalah sebuah system
yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung
komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, srta adanya kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nlai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, linkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud
insane kamil.
Pendidikan karakter menurut pemerintah
yakni; Membentuk Manusia Indonesia yang Bermoral,Membentuk Manusia Indonesi
yang Cerdas dan Rasional,Membentuk Manusia Indonesia yang Inovatif dan Suka
Bekerja Keras, Membentuk Manusia Indonesia yang optimis dan Percaya Diri serta
Membentuk Manusia Indonesia yang Berjiwa Patriot sedangkan menurut para ahli
pendidikan karakter bertujuan membentuk masyarakat yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergorong royong, berjiwa patriotic,
berkembang dinamis, serta berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sekaligus
berdasarkan Pancasila. Sedangkan funsinya antara lain; Mengembanbangkan potensi
dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan beperilaku baik, Memperkuat dan
membangun perilaku bangsa yang multicultural, dan Meningkatkan peradaban bangsa
yang kompetitif.
Dengan berbagai uraian di atas,
tentunya tidak lepas dari berbagai kekurangan baik dari segi isi materi, teknik
penulisan dan sebagainya, untuk itu sangat diharapkan saran maupun kritikan
yang membangun dalam perbaikan makalah selanjutnya. Baik dari dosen pembimbing
maupun rekan-rekan mahasiswa.
Amin Ahmad, Etika (Ilmu akhlak), Jakarta: Bulan
Bintang, 1995
Degeng, S
Nyoman, Taksonomi Variabel , Jakarta : Depdikbud, 1989.
Departemen Agama, Kendali Mutu,Pendidikan Agama
Islam ,Jakarta : Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,2001.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pembinaan Pendidikan Karakter
di Sekolah Menengah Pertama . Jakarta: Kemendiknas 2010.
Gunanjar Ari
Agustian, Rahasia Membangkitkan emosional Spiritual Quetiont Power,
Jakarta : Arga,2006.
Hasan, S.
Hamid, Pendekatan Multikultural untuk Penyempurnaan Kurikulum, Bandung: Remaja
Rosdakarya , 2000.
Heri
Gunawan, Pendidikan Karakter, (Konsep dan Implementasi), Bandung
: Alfabeta, 2012.
Joni, T. Raka, Pembelajaran
Terpadu. Jakarta: Dirjen Dikti Bagian Proyek PPGSD, . 1996.
Majid Abdul, Pendidikan karakter
dalam perspektif Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010.
Munir Abdullah, Pendidikan
Karakter, Yogyakarta: Pedagogia, 2010.
Mulyana, Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003
N. Sudirman, Ilmu pendidikan, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1992.
Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Genad Senduk,
Pendekatan Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang:Universitas
Negeri Malang, 2004.
Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Trianto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2009.
Virsya Norla, Panduan Menerapkan Pendidikan
karakter Di sekolah, Jakarta:Laksana, 2011.
Waridjan. Tes Hasil Belajar Gaya Objektif.
Semarang: IKIP Semarang Press, 1991.